Jumat, 11 Maret 2016

KIMIA DAN TEKNOLOGI PROTEIN

KIMIA DAN TEKNOLOGI PROTEIN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Kimia Bahan Makanan
Dosen pengampu: Dina Sugiyanti, M.Si


Disusun oleh:
Umi Khumaida                                   (123711007)
Ika Wulandari                                     (123711016)
Linatu Zahro                                       (123711019)
Umi Sa’idatul Mahmudah                  (123711031)
Roudloh Muna Lia                              (123711039)
Siti Chanifah                                       (133711043)
Fina Fastaqima                                    (133711058)
Sofiana                                                (133711062)



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
Kimia dan Teknologi Protein
I. Pendahuluan
Manusia memerlukan protein dalam makanannya. Diantara sumber protein dalam makanan adalah daging, susu, sebagai protein hewani dan golongan kacang-kacangan, seperti: kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang almon, kacang mete, dan lain sebagainya sebagai sumber protein nabati. Protein dan monomernya, asamamino, merupakan biomolekul yang sangat  penting bagi kelangsungan kehidupan ini. Sebagai umat islam, perlu bersyukur karena hal ini merupakan wujud dari kasih sayang Allah kepada semua makhluknya. Golongan senyawa ini memegang peran penting dalam penyusunan jasad sampai kontrol berbagai proses biokimiawi di dalam tubuh makhluk hidup.
 Di sistem pencernaan protein akan diuraikan   menjadi peptida peptida yang strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam amino. Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9 asam amino. Artinya kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh esensiil, sedangkan sebagian asam amino dapat disintesa sendiri atau tidak esensiil oleh tubuh. Keseluruhan berjumlah 21 asam amino. Setelah penyerapan di usus maka akan diberikan ke darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel tubuh.
Pada makalah ini, akan dibahas tentang sifat dasar dan struktur protein serta asam amino, penjelasan bahwa protein dalam makanan masih bagus untuk tubuh walaupun mengalami denaturasi dikarenakan adanya single cell protein, sampai dengan teknik isolasi protein.

II. Rumusan Masalah
    1 Bagaimana sifat dasar dan struktur protein serta asam amino?
    2 Bagaimana sifat fungsional protein dan modifikasi sifat secara kimia, fisik dan    enzimatik?
   3 Apa saja fungsi protein?
   4 Bagaimana metode isolasi protein dengan menggunakan teknik ekstraksi?





III. Pembahasan
            a Sifat dasar dan struktur protein serta asam amino
        1. Sifat Dasar dan Struktur Protein
Protein yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai macam struktur yang khas pada masing-masing protein. Karena protein disusun oleh asam amino yang berbeda secara kimiawinya, maka suatu protein akan terangkai melalui ikatan peptida dan bahkan terkadang dihubungkan oleh ikatan sulfida. Selanjutnya protein bisa mengalami pelipatan-pelipatan membentuk struktur yang bermacam-macam. Adapun struktur protein meliputi struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener .
Description: D:\Struktur dan Fungsi Protein ~ Generasi Biologi_files\3.jpg
 Gambar 1. Reaksi pembentukan peptida melalui reaksi dehidrasi (Voet & Judith, 2009).

Description: D:\Struktur dan Fungsi Protein ~ Generasi Biologi_files\4.jpg
Gambar 2. Struktur primer dari protein (Campbell et al., 2009).

a. Struktur primer merupakan struktur yang sederhana dengan urutan-urutan asam amina yang tersusun secara linear yang mirip seperti tatanan huruf dalam sebuah kata dan tidak terjadi percabangan rantai. Struktur primer terbentuk melalui ikatan antara gugus α–amino dengan gugus α–karboksil.Ikatan tersebut dinamakan ikatan peptida atau ikatan amida. Struktur ini dapat menentukan urutan suatu asam amino dari suatu polipeptida.
b. Struktur sekunder bersifat reguler, pola lipatan berulang dari rangka protein. Dua pola terbanyak adalah alpha helix dan beta sheet. Struktur ini terjadi karena ikatan hidrogen antara atom O dari gugus karbonil (C=O) dengan atom H dari gugus amino (N-H) dala satu rantai polipeptida, memungkinkan terbentuknya konformasi spiral yang disebut struktur helix. Bila ikatan hidrogen tersebut terjadi di antara dua rantai polipeptida, maka masing-masing rantai tidak membentuk helix, melainkan rantai pararel polepeptida dengan konformasi- β. Rantai polipeptida denagn konformasi- β ini dihubung silangkan (cross-linked) oleh ikatan hydrogen sehingga membentuk struktur yang disebut lembaran berlipat-lipat (pleated sheets).

Description: 5
Gambar 3. Struktur sekunder α-heliks (Murray et al, 2009).


Description: 6
 Gambar 4. Struktur sekunder β-pleated (Campbell et al., 2009).


Struktur α-heliks terbentuk antara masing-masing atom oksigen karbonil pada suatu ikatan peptida dengan hidrogen yang melekat ke gugus amida pada suatu ikatan peptida empat residu asam amino di sepanjang rantai polipeptida.

Pada struktur sekunder β-pleated terbentuk melalui ikatan hidrogen antara daerah linear rantai polipeptida. β-pleated ditemukan dua macam bentuk, yakni antipararel dan pararel (Gambar 7 dan 8). Keduanya berbeda dalam hal pola ikatan hidrogennya. Pada bentuk konformasi antipararel memiliki konformasi ikatan sebesar 7 Å, sementara konformasi pada bentuk pararel lebih pendek yaitu 6,5 Å. Jika ikatan hidrogen ini dapat terbentuk antara dua rantai polipeptida yang terpisah atau antara dua daerah pada sebuah rantai tunggal yang melipat sendiri yang melibatkan empat struktur asam amino, maka dikenal dengan istilah β turn yang ditunjukkan dalam Gambar 9.


Description: 7
 Gambar 5. Bentuk konformasi antipararel (Tamam, 2012).


Description: 8
 Gambar 6. Bentuk konformasi pararel (Tamam, 2012).
 

Description: 9
Gambar 7. Bentuk konformasi β turn yang melibatkan empat residu asam amino (Lehninger et al., 2004).

c. Struktur tersier dari suatu protein adalah lapisan yang tumpang tindih di atas pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak beraturan dari ikatan antara rantai samping (gugus R) berbagai asam amino (Gambar 10). Struktur ini merupakan konformasi tiga dimensi yang mengacu pada hubungan spasial antar struktur sekunder. Struktur ini distabilkan oleh empat macam ikatan, yakni ikatan hidrogen, ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan hidrofobik. Dalam struktur ini, ikatan hidrofobik sangat penting bagi protein. Asam amino yang memiliki sifat hidrofobik akan berikatan di bagian dalam protein globuler yang tidak berikatan dengan air, sementara asam amino yang bersifat hodrofilik secara umum akan berada di sisi permukaan luar yang berikatan dengan air di sekelilingnya.
 Description: 10
Gambar 8. Bentuk struktur tersier dari protein denitrificans cytochrome C550 pada bakteri Paracoccus denitrificans (Tamam, 2012).

d. Struktur kuarterner adalah gambaran dari pengaturan sub-unit atau promoter protein dalam ruang. Struktur ini memiliki dua atau lebih dari sub-unit protein dengan struktur tersier yang akan membentuk protein kompleks yang fungsional. ikatan yang berperan dalam struktur ini adalah ikatan nonkovalen, yakni interaksi elektrostatis, hidrogen, dan hidrofobik. Protein dengan struktur kuarterner sering disebut juga dengan protein multimerik. Jika protein yang tersusun dari dua sub-unit disebut dengan protein dimerik dan jika tersusun dari empat sub-unit disebut dengan protein tetramerik[1] (Gambar 11)
Description: 11
  Gambar 9. Beberapa contoh bentuk struktur kuartener.
     (Lodish et al., 2003; Murray et al, 2009).
Menurut sumbernya protein terbagi dua, yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani adalah protein yang berasal dari berbagai bahan makanan dari hewan, sedangkan protein nabati adalah protein yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Bahan-bahan makanan yang banyak mengandung protein hewan: daging, ikan, telur dan susu. Bahan-bahan makanan yang banyak mengandung protein nabati: beras sebagai sumber protein dan kacang-kacangan.[2] Beberapa bahan makanan yang mengandung protein serta kadar proteinnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
No
Nama bahan makanan
Kadar protein (%)
1
Daging ayam
18,2
2
Daging Sapi
18,8
3
Telur ayam
12,8
4
Susu sapi segar
3,2
5
Keju
22,8
6
Bandeng
20,0
7
Udang segar
21,0
8
Kerang
8,0
9
Beras tumbuk merah
7,9
10
Beras giling
6,8
11
Kacang hijau
22,2
12
Kedelai basah
30,2
13
Tepung terigu
8,9
14
Jagung kuning (butir)
7,9
15
Pisang Ambon
1,2
16
Durian
2,5


b. Sifat Dasar dan Struktur Asam Amino.
Secara stereokimia, semua asam amino, kecuali gisin,  mengikat 4 gugus yang berbeda pada C-α. Gugus-gugus tersebut adalah gugus karboksilat, gugus ammonium, atom H dan sebuah rantai samping (R) yang berbeda-beda antara asam amino satu dengan yang lain.[3] Gambar 10 berikut menunjukkan struktur dasar asam amino.
Description: Description: struktur asam amino.png
Gambar 10 Struktur dasar asam amino, (Nirwana, R.R  2013)

Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang sangat penting untuk nutrisi manusia. Asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya.
Berdasarkan dapat-tidaknya suatu asam amino disintesis oleh tubuh, asam amino dibedakan menjadi asam amino  esensial  dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial harus diperoleh dari bahan makanan karena tidak dapat diproduksi tubuh, sedangkan asam amino non-esensial dapat diproduksi di dalam tubuh melalui proses transaminasi. Tabel 1.1 berikut adalah klasifikasi asam amino esensial dan nonesensial. (dimodif lagi woeee..)
Tabel 1.2 Asam amino esensial dan non esensial
Esensial
Non-esensial
Lisin (lys)
Triptofan (trp)
Histidin (his)
Fenilalanin (phe)
Leusin(leu)
Isoleusin (ile)
Treonin (thr)
Metionin (met)
Valin (val)
 Arginin * (arg)
Glisin (gly)
Alanin (ala)
Asam aspartat (asp)
Asam glutamat (glu)
Prolin (pro)
Citrulin (ctr)
Tirosin (tyr)
Sistein (cys)
Asparagin (asn)
Serin (ser)
Arginin digolongkan dalam asam amino esensial walaupun sebenarnya, tubuh dapat mensintesa arginin dari siklus krebs. Akan tetapi, laju sintesis arginin sangat lambat dan kurang mencukupi untuk pertumbuhan, sehingga masih diperlukan tambahan arginin dari makanan. Ada beberapa asamamino yang merupakan bahan pembentuk asam amino non-esensial lainnya, diantaranya metionin dan fenilalanin. Asam amino metionin termasuk asam amino esensial.
Asam amino esensial yang terdapat dalam protein menentukan kualitas protein .Secara umum , protein hewan termasuk lebih tinggi dari protein nabati .Protein nabati dapat dinaikkan nutrisinya oleh campuran atau oleh modifikasi genetik melalui tanaman berkembang biak. Asam amino yang terdapat pada telur adalah salah satu kualitas terbaik protein dan biologis dinilai nilai dari 100 .Secara luas digunakan sebagai standar , dan protein efisiensi rasio ( per ) nilai-nilai kadang-kadang menggunakan putih telur sebagai standar .[4]
Asam amino bukan hanya berperan sebagai penyusun protein yang diperlukan tubuh, tetapi juga merupakan sumber atom N untuk memproduksi senyawa lain seperti heme, nukleotida, glutation, dll. Kelebihan asam amino dalam tubuh akan dikonversi menjadi α-ketoglutarat, oksaloasetat atau piruvat. Dengan demikian, asam amino juga bisa berperan sebagai prekursor glukosa, asam lemak, dan benda keton, sehingga bisa diubah menjadi energi.  Tempat pembentukan dan perombakan protein secara intensif adalah di hati. Berikut ini adalah gambaran metabolisme protein secara holistik. Gambar 11 menunjukkan alur metabolisme protein dan asam amino dalam Tubuh
Gambar 11 Alur metabolisme protein dan asam amino dalam tubuh

2 Sifat fungsional protein dan modifikasi sifat secara kimia, fisik dan enzimatik.
            Modifikasi protein dalam bidang pangan melibatkan 2 hal yaitu :
a. Modifikasi protein pangan memanfaatkan teknologi sel mikroba, untuk produksi pangan terfermentasi dan aditif pangan.
         Teknologi sel mikroba sudah diaplikasikan dibidang pangan beberapa abad yang lalu. Tujuan dari tekniologi sel mikroba ini adalah untuk pengawetan pangan yang menghasilkan berbagi jenis pangan terfermentasi seperti dadih (yoghurt dan keju), tauco, tape dan sebagainya. Sedangkan teknologi mikrobial yang bertujuan untuk menghasilkan bahan kimia (sekaligus bahan pangan) adalah produksi etanol oleh khamir dan proses lanjutannya untuk mengahasilkan cuka (asam asetat) oleh bakteri. Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan digunakan sebagai sumber protein untuk hewan atau pangan harus mendapat perhatian secara khusus. Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki sifat tidak menyebabkan penyakit terhadap tanaman, hewan, dan manusia. Selain itu, nilai gizinya baik, dapat digunakan sebagai bahan pangan atau pakan, tidak mengandung bahan beracun serta biaya produk yang dibutuhkan rendah. Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai protein sel tunggal, antara lain alga Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus; dari khamir Candida utylis; dari kapang berfilamen Fusarium gramineaum; maupun dari bakteri.
 Teknologi microbial yang menghasilkan mikroorganisme-mikroorganisme seperti alga, jamur,bakteri, serta ragi yang dinamakan Protein Sel Tunggal (Single Cell Protein). Protein Sel Tunggal adalah protein yang berasal dari mikroorganisme bersel satu. Hasil sel yang telah dikeringkan disebut protein sel tunggal.[5] Banyak bahan baku yang dapat dijadikan substrat guna pengembangan produksi Single Cell Protein. Menurut Domsch dan Zadrazil (1981) bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi Single Cell Protein meliputi bahan konvensional seperti materi yang mengandung serat, materi yang mengandung gula (gula, bit, tebu) dan bahan-bahan non konvensional seperti alcohol, asam organic, limbah rumah tangga, limbah peternakan dan lain sebagainya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang fisiologi, nutrisi, dan genetika mikroba telah banyak memperbaiki metode untuk menghasilkan protein sel tunggal dari berbagai macam mikroba dan bahan mentah. Umpamanya, bakteri dengan kandungan protein yang tinggi (72% lebih) dapat dihasilkan terus-menerus dengan menggunakan methanol sebagai bahan mentah, dan mikrobanya berupa ragi yang dibiakan dalam media yang kadar selnya tinggi sekali, sehingga ini dapat mengurangi biaya energi untuk pengeringan
         Proses skala besar Single Cell Protein dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1. Variasi metodologi yang luas, bahan mentah dan mikroorganisme dapat digunakan dalam tujuan ini.
2. Konvernsi substrat berefisiensi tinggi.
3. Produktivitas yang tinggi, yang diturunkan dari laju pertumbuhan mikroorganisme yang cepat. .[6]
Langkah-langkah produk protein sel tunggal sebagai berikut:
1. Pemilihan dan penyiapan sumber karbon, beberapa perlakuan fisik dan kimiawi terhadap bahan dasar yang diperlukan
2. Penyiapan media yang cocok dan mengandung sumber karbon, sumber nitrogen, fosfor, dan unsur-unsur lain yang penting
3. Pencegahan kontaminasi media
4. Pembiakan mikroorganisme yang diperlukan
5. Pemisahan biomassa microbial dari cairan fermentasi
6. Penanganan lanjut biomassa
         Namun Single Cell Protein memiliki beberapa kelemahan yakni tingginya tingkat asam nukleat serta bahan-bahan yang sulit dicerna seperti materi yang berasal dari dinding sel. Kelemahan lain memungkinkan adanya toksik jika dikonsumsi , zat ini diperkirakan berasal dari substrat yang digunakan.
b. Enzim melalui modifikasi molekul protein.
 Untuk stabilitas enzim pada kondisi-kondisi khusus. Ditinjau dari sumber dan manfaatnya, enzim dimanfaatkan dalam bidang pangan, karena enzim merupakan alat yang ideal digunakan untuk memanipulasi bahan-bahan biologis. Beberapa keuntungan modifikasi enzim dalam pengolahan pangan adalah aman terhadap kesehatan karena bahan alami, mengkatalisis reaksi yang sangat spesifik tanpa efek samping,aktif pada konsentrasi yang rendah, dan dapat digunakan sebagai indicator kesesuaian proses pengolahan.[7]
Enzim dimanfaatkan untuk menghasilkan produk bioteknologi dalam bidang industri pangan, diantaramya: Pembuatan gula cair dari bahan berpati seperti singkong, sagu, jagung, ubi jalar atau jenis ubi-ubian lainnya memerlukan kerja  berbagai enzim pemecah pati yaitu : (1) Alfa amilse, Glukoamilase, dan Glukosa isomerase. (2) Protease dalam pembuatan bir diperlukan, baik dalam tahap hidrolisis makanan protein untuk pertumbuhan ragi bir maupun dalam tahap  penjernihan bir. (3) Penambahan alfa amilase dan protease dalam pembuatan roti dan kue, akan memperbaiki tekstur roti. Beberapa enzim yang berperan dalam  bidang industri pangan diantaranya: (1) enzim xilanase, (2) enzim pektinase, (3) enzim lipase, (4) enzim selulase, (5) enzim phytase, (6) enzim glukosa oksidase, (7) enzim papain.
3. Fungsi Protein
Protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai enzim, zat    pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut, dan lain-lain.
   a. Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seprti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Hampir semua enzim menunjukkan daya katalitik yang luar biasa, dan biasanya dapat mempercepat reaksi sampai beberapa juta kali. Sampai kini lebih dari seribu enzim telah dapat diketahui sifat-sifatnya dan jumlah tersebut masih terus bertambah. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
  b. Alat pengangkut dan Alat penyimpan
Banyak molekul dengan BM kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedang mioglobin mengangkut oksigen dalam otot.
c. Pengatur Pergerakan
  Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran. Pergerakan flagela sperma disebabkan oleh protein.
d. Penunjang mekanis
  Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut.
e. Pertahanan tubuh/Imunisasi
  Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus.
f. Media perambatan impuls syaraf
  Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor/penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
g. Pengendalian pertumbuhan
  Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan.[8]
4 Teknik ekstraksi dari isolasi protein
            Tahap awal dari isolasi protein adalah ekstraksi protein. Pada ekstraksi protein terlebih dahulu dilakukan pengeringan sampel, misalnya sampel buah. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ada di sampel dengan cara diangin-anginkan. Tekniknya bukan dengan pemanasan agar protein tidak terdenaturasi atau rusak karena pengaruh suhu. Selanjutnya sampel digerus atau dihaluskan dengan tujuan untuk memperluas permukaan sampel yang akan mempermudah proses ekstraksi karena kontak antara sampel dan pelarut akan semakin luas. Tahap selanjutnya yaitu sampel direndam dengan pelarut Buffer Tris-HCl pada pH 7,4. Penggunaan buffer selama proses ekstraksi dimaksudkan untuk mempertahankan pH selama ekstraksi. Perubahan, khususnya penurunan pH akan mempengaruhi jumlah protein yang akan terekstrak. Pemilihan pH 7,4 (suasana basa) sebagai pH selama ekstraksi berdasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar asam amino akan bermuatan negatif pada pH di atas titik isoelektriknya, muatan yang sejenis akan cenderung untuk tolak menolak, hal ini menyebabkan minimumnya interaksi antara residu asam amino yang berarti kelarutan protein akan meningkat. Pada titik isoelektriknya muatan total masing-masing asam amino dalam protein sama dengan nol, yang artinya terjadi keseimbangan antara gugus yang bermuatan positif dan negatif. Fenomena yang terjadi pada penggumpalan protein disebabkan oleh interaksi elektrostatik yang maksimum antara asam amino karena muatan yang tidak sejenis akan cenderung tarik-menarik.
Hasil homogenasi dari sampel dan buffer berupa larutan keruh yang selanjutnya akan dipisahkan antara protein dan residunya dengan cara sentrifugasi. Sentrifugasi pertama pada kecepatan 4500 rpm selama 15 menit yang dapat memisahkan protein dari larutannya. Prinsip utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas. Setelah tahap awal sentrifugasi dilanjutkan dengan penambahan amonium sulfat 70% pada supernatan yang dihasilkan. Penambahan amonium sulfat 70% lebih dikenal dengan metode salting out. Salting out merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan protein yang didasarkan pada prinsip bahwa protein kurang terlarut ketika berada pada daerah yang konsentrasi kadar garamnya tinggi. Konsentrasi garam dibutuhkan oleh protein untuk mempercepat keluarnya larutan yang berbeda dari protein satu ke protein yang lainnya. Zat-zat penggaraman dapat memperbaiki hasil ekstraksi. Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein. Sentrifugasi tahap kedua dilanjutkan dengan kecepatan 14.000 rpm selama 30 menit untuk mendapatkan protein yang terendapkan (pellet).[9]











DAFTAR PUSTAKA
Suhardjo dkk, Pangan, Gigi dan pertanian, Jakarta: UI Press, 1986
[1]Arif Hartoyo dan Feri Kusnandar Daftar Komposisi Bahan Makanan, (Jakarta: Bharatan, 1981)

[1] DeMan, John M, Principles of Food Chemistry, (Canada : Department of Food Science at the University of Guelph, Ontario, 1999)


[1] Zdsisk E. Sikorski, Chemical and Functional Properties Food Components Third Edition, (Francis : CRC Press) 2007 

5  Zdsisk E. Sikorski, Chemical and Functional hlm. 138
[1] Departemen Ilmu Teknologi Pangan - IPB - Mengenal Sifat Fungsional Protein.html diakses tgl 10 september 2015 jam 11:21 WIB)

[1] Anna Poedjiadi & Titin Supriyanti, Dasar-dasar Biokimia, (jakarta: UI Press,2007), hlm 119.
Campbell, Neil.A, Biologi Edisi 8 Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2009.
Voet D & Judith G. Voet, Biochemistry 2nd edition, USA : John Willey & Sons, Inc.p.
Murray R. K., et all, Biokimia Harper Ed.25, Jakarta : EGC, 2003
Lehninger A.L., Dasar-Dasar Biokimia, Jakarta: Erlangga, 2004
M.H. Badrut Tamam, Generasi Biologi, http://www.generasibiologi.com/2012/09/struktur-dan-fungsi-protein.html (diakses tanggal 15 September 2015)
Lodish et al., Molecular Cell Biology Fifth Edition, Courtes of H Saibil J, 2003)
Murray, et all,Biokimia Harper, Alih Bahasa Andry Hartono, Jakarta : EGC, 2009


           







[1]  M.H. Badrut Tamam, Generasi Biologi, Artikel, http: //www.generasi biologi.com/2012/09/ struktur-dan-fungsi-protein.html (diakses tanggal 15 September 2015)

[2] Suhardjo dkk, Pangan, Gigi dan pertanian, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm.65
[3] Ratih Rizqi Nirwana, Biomolekul dan Metabolisme (Karbohidrat, Lipid, dan Protein), Modul Perkuliahan Biokimia Berbasis Growth Mindset & Unity of Sciences , (Semarang : Jurusan Tadris Kimia IAIN Walisongo Semarang, 2013) hlm.


[4] DeMan, John M, Principles of Food Chemistry, (Canada : Department of Food Science at the University of Guelph, Ontario, 1999)


[5] Reza Samsudin, Pengaruh Substitusi Tepung Ikan dengan Single Cell Protein (SCP) yang Berbeda dalam Pakan Ikan Patin Pangasius sp. Terhadap Retensi Protein, Pertumbuhan, dan Efisiensi Pakan, Skripsi, Bogor : Institut Pertanian Bogor, 2004) hlm. 17

[6] Nasseri, et all, Single Cell Protein : Production and Process, American Journal of Food Technology, Iran : Academic Journals, Inc, 2011 hlm. 2

[7] Helmi Fauziyah,  Pemanfaatan Enzim dalam Industri Pemanfaatan Enzim dalam Industri Pangan dan Pertanian https://www.academia.edu/8494845/ Medan  : Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Medan

 

[8] Anna Poedjiadi & Titin Supriyanti, Dasar-dasar Biokimia, (jakarta: UI Press,2007), hlm 119.
[9] http://repository.unib.ac.id/8487/2/IV,V,LAMP,2-13-vov.FI.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar