TEKNIK PROSES DALAM INDUSTRI POLIMER
I.
PENDAHULUAN
Industri kimia merupakan industri yang bergerak
dalam produksi zat kimia, menggunakan proses kimia untuk menghasilkan zat baru.
Proses-proses kimia yang dilakukan dalam industri yaitu reaksi kimia dan peristiwa
kimia fisik, seperti pencampuran molekuler bahan-bahan dengan rumus dan
struktur molekul yang berlainan, pengubahan fase, misalnya penguapan,
pengembunan, dan pengkristalan, serta pemisahan campuran menjadi zat-zat
penyusunnya yang lebih murni. Industri kimia sangat luas cakupannya, namun ada
beberapa bidang besar dala industri kimia, antara lain petrokimia, agrokimia,
farmasi, polimer, dan oleokimia. Industri kimia terlibat dalam pemrosesan bahan
mentah yang diperoleh melalui penambangan, pertanian, dan sumber-sumber alam
lain menjadi material, zat kimia, serta senyawa kimia yang merupakan produk
akhir atau produk antara dalam sebuah industri. Sebagai mahasiswa kimia, kita
perlu mengetahui lebih dalam bidang-bidang tersebut, agar kita mengetahui tempat
untuk menggunakan ilmu kimia yang dimiliki dengan aplikasi nyata dalam dunia
industri.
Polimer termasuk bidang dalam industri kimia yang
sedang dan akan terus berkembang. Hal ini disebabkan aplikasi produk-produk
polimer yang banyak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga maupun dalam dunia
industri. Industri kimia yang bergerak dalam bidang polimer juga luas
cakupannya, misalnya polimer yang saat ini sedang banyak dikembangkan yaitu
polimer untuk bahan bakar ramah lingkungan, yaitu polimer membran penukar ion
menggunakan polisulfon tersulfonasi-TEOS yang membutuhkan bahan baku air untuk
menghasilkan listrik dengan residu berupa gas CO2.
Selain
itu juga sedang berkembang pemanfaatan senyawa polimer sebagai katalis reaksi.
Berdasarkan uraian diatas untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai industri polimer, maka dibuat beberapa rumusan masalah, yaitu:
A. Bagaimana
diagram alir dan proses pembuatan polimer Bahan Baku PVC?
B. Bagaimana
operasi industri polimer?
C. Apa
laboratorium penunjang industri polimer?
II.
PEMBAHASAN
A.
Diagram
Alir dan Proses Pembuatan Polimer Bahan Baku PVC (Poli vinil klorida)
PVC merupakan bahan baku plastik jenis komoditi yang sering digunakan untuk
memproduksi bahan bangunan, pipa tegar, bahan untuk lantui, isolasi kawat dan
kabel. Jika dilihat dari sifatnya, plastik berbahan baku PVC merupakan
termoplastik. PVC dapat dibuat dengan cara Polimerisasi adisiyaitu
polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi
dari monomernya yaitu etil klorida (VCM). (Anonim1, 2009)
Proses pembuatan PVC melalui reaksi Polimerisasi adisi dibutuhkan
beberapa materi yaitu Etilena, Garam Indusri (merupakan garam terbaik untuk
dilakukan elektrolisis karena kualitas kemurniannya tinggi), dan tenaga
listrik.
Gambar 1. Proses Produksi PVC (Anonim5, 2008)
Dalam proses yang disebut elektrolisis, garam
dilarutkan dalam air dan larutan dialiri dengan arus listrik sehingga pada
proses ini diproduksi klorin, soda kaustik, dan hidrogen. Secara terpisah,
minyak atau gas disuling dan Etilena dapat diproduksi melalui proses pemisahan
kimia yang disebut dengan ‘cracking’. Lalu Etilena dan Klorin direaksikan dan
ketika Etilena dan klorin bereaksi akan dihasilkan produk yaitu diklorida
etilena (EDC); dimana selanjutnya akan dipecah dan dihasilkan monomer etil
klorida (VCM), yaitu dasar dari penyusunan poli (vinil klorida) (PVC).
Selanjutnnya PVC yang diproduksi dalam bentuk bubuk putih disebut dengan
termoplastik (Anonim5, 2008).
Teknik produksi plastik yang tepat untuk bahan baku
PVC adalah ekstrusi. Pertama bahan berupa PVC berbentuk butiran atau serbuk
dimasukkan dalam corong, di dorong ke screw baja. Dilairkan ke sepanjang bejana
(barrel), dan dipanaskan. Kedalaman lekukan screw makin berkurang untuk
memadatkan bahannya. Pada ujung ekstruder, lelehan melalui die dalam keadaan
panas, lunak, dan mudah dibentuk. Ekstrusi ini harus segera dijaga bentuk dan
ukurannya yaitu dengan cara pendinginan menggunakan udara atau air. Dalam
proses ekstrusi, ekstrudat yang dihasilkan tidak selalu tepat sama dengan dimensi/ukuran
die, yaitu agak lebih kecil. Untuk mengatasi hal ini maka dapat digunakan alat
khusus yang mampu mengambil ekstrudat lunak dari die dengan cepat (Hartono,
1993).
B.
Operasi
Industri Polimer
Operasi industri polimer meliputi beberapa proses, yaitu:
1.
Proses Injection Molding
Molding Injeksi adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk
fabrikasi bahan termoplastik. Sebuah
penampang skematik dari
alat yang digunakan
diilustrasikan pada Gambar 2:
Gambar 2. Skema diagram Injection
Molding
Bijih plastik (pellet) dimasukan pada feed hopper kemudian bahan
akan masuk dalam silinder dengan gerakan pendorong atau ram. Bahan didorong
maju ke dalam ruang pemanas yang mana diberikan tekanan di sekitar spreader
sehingga dapat melakukan kontak yang lebih baik dengan dinding yang telah dipanaskan.
Akibatnya, bahan termoplastik
meleleh membentuk cairan
kental. Selanjutnya, plastik cair didorong
lagi oleh gerak
ram, melalui mulut pipa
ke dalam rongga cetakan
tertutup; tekanan dipertahankan sampai
molding telah dipadatkan. Akhirnya, cetakan
dibuka, potongan dikeluarkan,
cetakan ditutup, dan seluruh siklus diulang. Mungkin fitur yang paling menonjol
dari teknik ini adalah kecepatan produksi potongan. Untuk termoplastik,
pemadatan muatan disuntikkan sesegera mungkin, akibatnya, siklus untuk proses
ini sangatlah singkat (biasanya dalam kisaran 10 sampai 30 s). Thermosetting
polimer mungkin juga dibentuk melalui teknik ini, namun dibutuhkan waktu siklus
lebih lama dibandingkan proses thermoplastics karena harus ada proses curing
pada bahan setelah berada dibawah tekanan dalam cetakan yang dipanaskan. Proses
ini kadang-kadang disebut reaksi injection molding (RIM) dan umumnya digunakan
untuk bahan seperti polyurethane.
2. Proses Ekstrusi
Ekstrusi adalah proses untuk membuat benda
dengan penampang tetap. Keuntungan dari proses ekstrusi adalah bisa membuat
benda dengan penampang yang rumit, bisa memproses bahan yang rapuh karena pada
proses ekstrusi hanya bekerja tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik tidak
ada sama sekali.
Gambar 3. Alat Ekstrusi
Sebuah sekrup mekanis atau
auger (gurdi) mendorong bahan pelet (bijih plastik) melalui ruang, yang
berturut-turut dipadatkan, meleleh , dan
dibentuk menjadi muatan kontinu cairan kental.
Gambar 4. Skema Diagram
Ekstrusi
Ekstrusi terjadi
karena massa cair
dipaksa melalui lubang cetakan. Pemadatan
dari bahan yang diekstrusi dipercepat
oleh blower, semprotan
air, atau bath. Teknik
ini biasa digunakan
dalam memproduksi bahan yang berbentuk panjang yang memiliki penampang
geometri konstan misalnya, batang, tabung, selang saluran, lembaran, dan
filamen.
3. Proses Molding Kompresi dan Transfer
Dalam proses Molding kompresi dibutuhkan campuran yang tepat
antara Polimer dan aditif yang kemudian ditempatkan antara Mold Plunger dan
Mold Cavity sperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 5. Skema Diagram Molding Kompresi
Kedua bagian pada cetakan tersebut telah dipanaskan, namun
hanya satu saja yang dapat digerakkan. Kemudian cetakan ditutup kemudian bahan
diberikan tekanan pada saat suhu tinggi, seingga plastik menjadi kental lalu
mengalir mengisi rongga cetakan dan membentuk sesuai bentuk cetakan yang
digunakan. Sebelum pencetakan bahan dapat melalui proses Preform (proses
pencampuran bahan bakudan ditekan dingin pada sebuah disc (potongan). Proses
ini akan mengakibatkan berkurangnya waktu molding dan tekanan, memperluas die
life-time, serta dapat menghasilkan potongan yang lebih seragam. Teknik cetakan
ini cocok untuk pembuatan polimer termoplastik dan termoset baik, namun
penggunaannya dengan termoplastik lebih memakan waktu dan mahal daripada
ekstrusi yang lebih umum digunakan atau
teknik injeksi molding.
Dalam molding transfer
(variasi dari Molding kompresi), pada awalnya bahan padatan
terlebih dahulu dilelehkan dalam sebuah wadah perpindahan panas. Setelah itu,
bahan yang sudah berubah menjadi cairan disuntikan ke dalam ruangan cetak,
kemudian diberikan tekanan yang merata pada seluruh permukaaannya. Teknik ini
digunakan dengan polimer-polimer termoseting yang memiliki geometri yang
kompleks.
Gambar 6. Skema diagram Transfer Molding
4. Proses Blow Molding
Proses
blow-molding untuk pembuatan wadah plastik mirip dengan yang digunakan untuk
meniup botol kaca.
Gambar 7. Proses Blow Molding Secara Umum
Pertama parison
atau pipa panjang
polimer, diekstrusi. Ketika
masih dalam keadaan semileleh, parison ditempatkan
dalam cetakan dua
potong memiliki konfigurasi
(bentuk) kontainer yang diinginkan. Bentuk
bahan yang berongga
dibentuk dengan meniupkan
udara atau uap
di bawah tekanan ke parison,
sehingga mendorong dinding tabung agar sesuai dengan kontur cetakan. Suhu dan
viskositas parison harus diatur dengan cermat.
C.
Laboratorium
Penunjang Industri Polimer
Laboratorium
Uji Polimer (LUP) merupakan Laboratorium terakreditasi (SK KAN No. LP-083-IDN)
sejak tahun 1999. LUP memberikan pelayanan uji dan karakterisasi, konsultasi,
serta pelatihan di bidang material khususnya polimer atau plastik. Selain
pengujian dan karakterisasi yang berdasarkan standar uji internasional seperti
ASTM, JIS, atau ISO, kami juga melayani proses pembuatan plastik atau polimer
serta berbagai preparasi awal sampel untuk pengujian.
1.
Universal testing machine
Laboratorium
Uji Polimer melayani pengujian sifat fisis dan mekanik suatu bahan terutama
polimer. Secara umum pengujian yang menggunakan Universal Testing Machine (UTM)
adalah uji tarik (tensile test) dan uji tekan (compression test).
Pengujian yang setipe dengan uji tarik adalah uji sobek (tear test), uji
geser (shear test), uji kelelahan (fatigue test), dan uji kelupas
(peal test). Sedangkan pengujian yang sejenis dengan uji tekan adalah
uji lentur (bending/flexural test).
Parameter
yang dihasilkan baik untuk uji tarik maupun uji tekan adalah modulus
elastisitas (modulus Young), kuat luluh (yield strength), kuat maximum
tekan/tarik (ultimate strength), kuat putus (break strength), regangan luluh
(yield strain), regangan di titik maksimum tekan/tarik (ultimate strain),
regangan putus (break strain/ % elongation at break).
Alat
buatan Orientec, UCT-5T ini dapat menguji bahan plastik, logam,
kayu, tali, benang, dan kertas. Adapun load cell yang digunakan
adalah 5 kgf, 100 kgf, dan 5000 kgf. Pengujian bisa dilakukan pada suhu
kamar, 23 oC dengan kelembaban 50% sampai pengujian pada suhu
tinggi hingga 200 oC.
2.
Analisis termal
Teknik
analisa termal yang umum digunakan adalah Differential Thermal Analysis (DTA), Thermogravimetry
Analysis (TGA), Differential Scanning Calorimetry (DSC), dan Thermal
Mechanical Analyzer (TMA) .
Masing-masing
metoda di atas secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Thermogravimetry
(TG) adalah teknik analisa yang mengukur berat sampel yang hilang sebagai
fungsi temperatur atau sebagai fungsi dari waktu pada temperatur tertentu pada
kecepatan yang tetap.
b. Diffrential
Thermal Analysis (DTA) adalah teknik analisa yang mengukur perbedaan temperatur
antara sampel dan referensi sebagai fungsi temperatur.
c. Differential
Scanning Calorimetry (DSC) adalah teknik analisa yang mengukur perbedaan kalor
yang masuk ke dalam sampel dan referensi sebagai fungsi temperatur.
Alat
ini bisa mengukur perubahan temperatur sampai 500 oC dengan
laju pemanasan 5 oC/menit sampai 10 oC/menit.
Pengukuran juga bisa dilakukan menggunakan udara kering maupun gas nitrogen.
Untuk DSC dan TMA, pengujian bisa dilakukan mulai dari suhu -150 oC
sedangkan untuk TGA pengujian hanya bisa dilakukan mulai dari suhu kamar.
3.
Scanning electron microscope (SEM)
Scanning
Electron Microscope (SEM) menggunakan metode Secondary Electron Image (SEI).
SEM digunakan untuk mengkarakterisasi morfologi permukaan sampel. Alat buatan
JEOL T-330A ini menghasilkan foto polaroid dan mampu memfoto dengan perbesaran
dari 35x sampai 10000x. Sampel yang difoto sebaiknya berukuran kecil, tidak
lebih dari 5 mm x 5 mm untuk luas permukaan dan sampel dalam keadaan
kering. Untuk sampel yang tidak bersifat konduktif, sampel harus dilapisi
terlebih dahulu dengan bahan yang bersifat konduktif. Ion sputtering, alat yang
digunakan untuk melapisi sampel ini tersedia juga di Laboratorium Uji Polimer
(LUP). Bahan pelapisnya adalah emas (Au).
III.
KESIMPULAN
A.
Proses pembuatan PVC
melalui reaksi Polimerisasi adisi dibutuhkan beberapa materi
yaitu Etilena, Garam Indusri (merupakan garam terbaik untuk dilakukan
elektrolisis karena kualitas kemurniannya tinggi), dan tenaga listrik. Teknik
produksi plastik yang tepat untuk bahan baku PVC adalah ekstrusi.
B.
Operasi
industri polimer terdiri dari beberapa proses, yaitu proses injeksi molding,
proses ekstrusi, proses molding kompresi dan transfer,
serta proses blow molding.
C.
Laboratorium Uji Polimer (LUP) merupakan
Laboratorium terakreditasi (SK KAN No. LP-083-IDN) sejak tahun 1999. LUP
memberikan pelayanan uji dan karakterisasi, konsultasi, serta pelatihan di
bidang material khususnya polimer atau plastik.
D.
Proses pembuatan plastik atau polimer
serta berbagai preparasi awal sampel untuk pengujian, yaitu Universal testing
machine, Analisis Termal, dan Scanning electron microscope (SEM).
gambar skemanya kok blank
BalasHapus